Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Jual Buku Manusia Sempurna Menurut Konsepsi Ibn 'Arabi

Judul: Manusia Sempurna Menurut Konsepsi Ibn 'Arabi
Penulis: Masataka Takeshita
Penerbit: Pustaka Pelajar, 2005
Tebal: 265 halaman
Kondisi: Stok lama (bagus)
Harga: Rp. 50.000 (blm ongkir)
Order: SMS/WA 085225918312


Filsafat Ibn ‘Arabi tentang manusia dikenal dengan konsep al insan al kamil (manusia sempurna) ia disimbolisasikan oleh Adam, yang diciptakan oleh Allah dalam citra-Nya sebagai khalifah di muka bumi. Cirri utama antropologinya adalah antroposentrisme yang dibangun di atas di atas ontologi. Dia menggunakan tema dan motif yang sudah lazim dalam sufisme awal. Tentu saja antroposentrisme itu sendiri sama sekali bukan sesuatu yang baru, baik dalam tradisi Islam maupun dalam tradisi Yudeo-Kristen. Namun demikian, Ibn ‘Arabi melengkapi antroposentrisme-nya dengan landasan filosofis dan melakukan reinterpretasi terhadap motif-motif klasik di dalam Al Qur’an dan Bibel melalui metafisika dan memberi makna baru atas motif-motif klasik tersebut.

Menurut Ibnu Arabi Eksistensi adalah wujud dari esensi. Sesuatu bisa dianggap wujud atau ada jika termanifestasikan dalam apa yang disebut ‘ tahapan wujud’ (maarathib al wujud) yang terdiri atas empat hal ; eksis dalam wujud sesuatu (wujud al-Syai’ fi ainih), eksis dalam pikiran atau konspesi (wujud al syai’ fi al-ilm), eksis dalam ucapan (wujud al-syai’ fi al-alfazh), eksis dalam tulisan (wujud al-syai’ fi ruqum). Segala sesuatu dinggap wujud jika ada disalam salah satu empat tahapan tersebut. Sesuatu yang tidak ada diantaranya tidak bisa dianggap sebagai wujud dan karena itu tidak bisa dibicarakan.

Selanjutnya apa yang dianggap wujud, itu yang berarti punya eksistensi dalam perspektif ontologis ibn arabi, terbagi dalam dua bagian; wujud mutlak dan wujud nisbi. Wujud mutlak adalah sesuatu yang eksis dengan dirinya sendiri dan untuk dirinya sendiri, dan itu adalah Tuhan. Wujud nisbi adalah sesuatu yang eksistensinya terjadi oleh dan untuk wujud lain (wujud bi al-ghair). Namun yang perlu dicatat, apa yang dianggap wujud nisbi diatas tidak sepenuhnya entitas temporal melainkan juga entitas permanen (al-a yan al tsabitah) sebagaimana wujud mutlak. Dalam pandangan ibnu arabi, semua yang ada dalam semesta ini, dalam semua keadaannya, telah ada dan persis seperti apa yang ada dalam ilmu Tuhan, setiap urusan dan apa yang ada dalam semesta tidak pernah keluar dari rencana yang telah ditetapka Tuhan sejak permulaan dalam ilmunya.

Tasawuf atau sufisme sebagaimana halnya mistisme di luar agama Islam, mempunyai tujuan memperoleh hubungan langsung dan disadari dengan Tuhan, sehingga disadari benar bahwa seseorang berada di hadirat Tuhan. Intisari dari mistisisme, termasuk di dalamnya sufisme, ialah kesadaran akan adanya komunikasi dan dialog antara roh manusia dengan Tuhan dengan mengasingkan diri dan berkontemplasi. Kesadaran berada dekat dengan Tuhan itu dapat mengambil bentuk agar menyatu dengan tuhan.

Doktrin Ibnu ‘Arabi tentang Wahdatul Wujud dan insan kamil telah mewarnai keragaman pemikiran tentang tawasuf. Dan juga merupakan tokoh tasawuf yang fenomenal dalam peradaban Islam. Pemikirannya juga spiritualis yang berkelahiran Spanyol kali ini menghentak-hentak kesadaran dan kemapanan dalam perkembangan ilmu tasawuf. Perbedaan dalam pandangan tasawuf merupakan hal biasa, karena para ahli sufi untuk mendekatkan diri kepada tuhannya dengan jalan dan cara yang berbeda-beda.

Terlebih tema-tema yang diusung menyangkut hakikat dan makna hidup yang tak pernah berhenti. Karena terpinggirkannya pemikiran dan ajaran Ibn ‘Arabi adalah terbatasnya para pengikutnya dan literatur yang tersebar dan karakteristik dengan bahasa agama yang berbenturan dengan bahasa budaya perpaduan dan tradisi tasawuf dengan mengekspresikan pengalaman, penghayatan komitmen dan konsep keragaman dimensi metafisis transendental.

Dengan demikian memahami pemikiran tasawuf Ibnu Arabi yang fenomenal akan menambah khazanah ke-ilmuan dan mengambil hikmah dari sejarah kehidupan dan pemiran seorang tokoh tasawuf. Tasawuf dalam dunia islam merupakan sebuah jalan yang dilalui oleh para sufi untuk menemukan kebenaran hakiki yang memerlukan kesungguhan dan ketekunan seorang hamba yang ingin mendekatkan diri kepada tuhanya.